Naga Raksasa Di Langit Bengkulu
Sebuah Pertanda Yang Misterius
Bengkulu, 15 April 2007
Hari
kedua saat kami singgah di rumah seorang kawan seperjuangan sewaktu
mahasiswa dulu, di Kota Bengkulu yang saat itu terasa panas dan pengap.
Tetapi kami merasakan ada something it’s wrong, panas yang
betul-betul aneh dan sangat ganjil. Seperti hawa panasnya bumi jika akan
terjadi gempa. Radiasi panas yang menyembur dari dalam bumi dibarengi
getaran energi bumi yang terasa menekan di dalam dada. Waktu itu kami
merasakan semua tanda-tanda. Gejala alam yang hampir sama sebulan
menjelang gempa dahsat di Yogyakarta dan sekitarnya. Duh Gusti, jika Engkau izinkan pasti kami dapat
menangkap bahasaMu. Apa gerangan petunjukMu dan tanda-tanda yang dapat
kami baca sebagai bahasaMu, melalui bahasa alam…Gusti ingkang Maha
Agung. Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib hari menjelang siang.
Hanya
berselang kurang dari satu jam kami berdoa dalam hati. Perasaanku
seolah berkata, keluarlah menuju belakang rumah, pandangilah langit.
Perhatikan apa yang akan terjadi. Ku ikuti kata nurani. Benar saja, kami
menyaksikan obyek yang letaknya tidak jauh dari tempat kami memandang
langit, tampak awan putih tipis yang bergerak cepat. Hanya dalam waktu 5
menit saja terbentuklah konfigurasi awan yang membentuk mirip ular naga
raksasa. Putih mulus, tetapi tampak bergerak seperti gelombang punggung
ular yang sedang berjalan.
Hanya
dalam waktu 5 menit pula, kemudian awan putih itu berubah wujud semakin
nyata bahkan keluar sinar berkilau dibagian kepala, mungkin itu isyarat
mata. Badan ular berkelok dan berlekuk (seperti luk keris)
jumlahnya hingga tujuh lekukan. Memanjang kebelakang kira-kira sepanjang
1 kilometer, dan di ujung ekornya menyala lagi seperti lidah api.
Sayang sekali, sepanjang badannya tidak begitu jelas karena sudut
pandangnya terpotong-potong pepohonan durian di pinggir hutan. Fenomena
itu tampak terkesan begitu rendah kira-kira tingginya kurang dari 200
meter DPL, seolah-olah dapat kami gapai dengan lambaian tangan saja.
Saking rendahnya, hingga membuat fokus pandangan kami tidak bisa lepas,
terhalang oleh banyak pohon besar.
Serta-merta
kawan saya Mas Bimo Nugroho, berlari masuk ke dalam mengambil kamera.
Hanya dalam beberapa menit saja, ekor yang tadinya menjulang vertikal ke
angkasa, berubah menjadi horisontal (seperti dalam gambar 3). Sewaktu
diambil gambar, penampilan fenomena itu sudah tidak seindah sebelumnya.
Anehnya tidak semua orang dapat melihat, padahal gambaran itu sungguh
besar bagai raksasa naga dan wujudnya jelas sekali. Kami bersukur karena
kamera kami masih bisa menangkap fenomena tersebut sekalipun tidak optimal.
Sasmita Gaib
Menjelang
fenomena itu surut perlahan, kami baru ingat kiranya perlu untuk
mencari tahu apa gerangan arti semua bahasa alam ini. Kami masuk kamar,
konsentrasi mohon petunjuk Tuhan (nayuh) kira-kira kejadian itu
pertanda apa. Seketika itu kami rasakan energi sangat besar menerpa
kami, besar sekali seperti energi bumi pada saat 1 jam sebelum gempa
bumi Yogya terjadi. Kami hampir lari keluar kamar karena masih trauma
dengan gempa Jogja 27 Mei tahun 2006 lalu. Karena energinya mencirikan
kekuatan bumi seperti gejala 1 jam menjelang gempa Jogja dulu. Belum
sempat beranjak dari duduk bersila, keburu telinga kami mendengar suara,
dalam bahasa Jawa kuno campur Indonesia. Singkatnya, gambaran
itu merupakan proyeksi dari kekuatan metafisika sebuah pusaka sejenis
keris yang bernama…..(telinga kami kurang jelas menangkap). Sebagai
pertanda atau peringatan agar supaya orang-orang lebih hati-hati, eling dan waspada. Jika berdoa yang dimohon kepada Gusti Yang Mahawisesa hanya satu ”nyuwun slamet”
(mohon keselamatan), “kata suara itu. Karena di mana-mana masih akan
terjadi gempa lebih besar, terutama di wilayah ini dan sekitarnya,
hingga akhir 2009. Wabah aneh dan segala bentuk musibah masih akan terus
terjadi, sebagai wujud bebendu (hukuman) Tuhan, karena manusia
sudah membuat kerusakan alam, tidak menghargai lagi para leluhur dan
perintis bangsa ini, dan tidak pandai bersukur. Lalu disambung masih dengan “suara tanpa rupa” dalam bahasa Jawa,“…Wolak-waliking jaman, sing ngelmune mung sak dumuk lan cubluk, gawene umuk bebener keminter, lan seneng miala, aniaya lan ngluputake liyan. Manungsa lagake wus keminter, najan mangkono ora ngerti apa kang ana sajroning samudra ? Artinya; “Zaman
serba terbalik, orang yang ilmunya hanya sebatas kulit dan sangat
bodoh, (cirinya) gemar pamer kebenaran dan merasa paling pandai, suka
menyakiti, menganiaya, dan menyalahkan orang lain. Manusia sudah
berlagak pandai, sementara apa yang ada di dalam laut saja tidak
diketahuinya”..??
Setelah
kejadian itu lalu kami keluar kamar, seolah tidak terjadi apa-apa. Kami
takut juga untuk menceritakan kepada teman-teman di Bengkulu, karena
saya bisa dianggap penyebar fitnah, provokator, atau penghasut yang
membuat resah masyarakat. Kami hanya berdoa, ya Tuhan, kami mohon
jika memang bencana-demi bencana sudah merupakan keharusan garis
takdirMu, kami mohon agar supaya masyarakat di sini (Bengkulu) tetap
dijaga, diberi keselamatan dan kesejahteraan lahir batin. Dan
ada apa gerangan bahaya dari dalam bumi, atau dari dalam laut ? Sebuah
teka-teki yg membutuhkan tindak lanjut untuk menjawabnya.
No comments:
Post a Comment