Asal mula
Euhemerisme (penafsiran historis)
Suatu teori menyatakan bahwa mitos adalah catatan peristiwwa bersejarah yang dilebih-lebihkan. Menurut teori ini, penutur cerita melebih-lebihkan peristiwa sejarah secara terus-menerus sampai akhirnya figur dalam sejarah tersebut memperoleh status setara dewa. Misalnya, mungkin seseorang boleh berpendapat bahwa mitos dewa angin Aeolos berasal dari sejarah mengenai raja yang mengajarkan cara menggunakan layar dan menafsirkan arah angin kepada rakyatnya.[30] Herodotos (abad ke-5 SM) dan Prodikos mengklaim hal semacam ini. Teori ini disebut "euhemerisme" menurut nama ahli mitologi terkenal, Euhemeros (sekitar 320 SM), yang berpendapat bahwa dewa-dewi Yunani berkembang dari legenda tentang manusia.Alegori
Beberapa teori menyatakan bahwa mitos dimulai sebagai suatu alegori. Menurut suatu teori, mitos-mitos bermunculan sebagai alegori tentang fenomena alam: Apollo melambangkan Matahari, Poseidon melambangkan lautan, dan sebagainya. Menurut teori lainnya, mitos bermula sebagai alegori untuk konsep filosofis maupun spiritual: Athena melambangkan keadilan dan kebijaksanaan, Afrodit melambangkan hasrat, dan sebagainya. Sanskritis abad ke-19, Max Müller mendukung teori alegoris mitos. Ia menyakini bahwa mitos bermula sebagai deskripsi alegoris mengenai keadaan alam, namun perlahan-lahan diinterpretasikan secara harfiah: misalnya, secara puitis, laut digambarkan sebagai sesuatu yang penuh gejolak, sehingga laut diyakini sebagai dewa yang pengamuk.Personifikasi
Beberapa pemikir percaya bahwa mitos merupakan hasil personifikasi kekuatan dan benda mati. Menurut pemikiran ini, orang purba memuja fenomena alam seperti api dan udara, dan perlahan-lahan menggambarkannya sebagai dewa. Contohnya, menurut teori pemikiran mitopeia, orang purba cenderung memandang "sesuatu" sebagai "seseorang", bukan benda belaka; maka dari itu, mereka menggambarkan kejadian alam sebagai akibat tindakan dewa tertentu, sehingga menghasilkan suatu mitos.Teori mitos-ritual
Menurut teori mitos-ritual, keberadaan mitos sangat erat dengan ritual. Teori ini mengklaim bahwa mitos muncul untuk menjelaskan ritual. Klaim ini pertama kali dicetuskan oleh sarjana biblikal William Robertson Smith. Menurut Smith, orang-orang mulai melaksanakan suatu ritual untuk alasan tertentu yang tidak ada hubungannya dengan mitos; kemudian, setelah mereka melupakan alasan sebenarnya mengenai pelaksanaan ritual tersebut, mereka mencoba melestarikan ritual tersebut dengan menciptakan suatu mitos dan mengklaim bahwa ritual tersebut dilaksanakan untuk mengenang kejadian yang diceritakan dalam mitos. Antropolog James Frazer memiliki teori yang sama. Frazer percaya bahwa manusia primitif mulai percaya pada hukum-hukum gaib; kemudian, ketika manusia mulai kehilangan keyakinannya mengenai sihir, mitos tentang dewa diciptakan dan mengklaim bahwa ritual magis kuno adalah ritual keagamaan yang dilakukan untuk menyenangkan hati para dewa.Fungsi
Mircea Eliade berpendapat bahwa salah satu fungsi penting mitos adalah untuk membangun suatu model perilaku dan bahwa mitos dapat memberikan pengalaman religius. Dengan menceritakan atau memeragakan mitos, anggota suatu masyarakat tradisional dapat merasa lepas dari masa kini dan kembali lagi ke zaman mitis, sehingga membawa mereka dekat dengan ilahi.Lauri Honko menegaskan bahwa dalam beberapa kasus, suatu masyarakat akan menghidupkan kembali suatu mitos untuk menciptakan kembali suasana zaman mitis. Sebagai contoh, akan diperagakan kembali penyembuhan yang dilakukan dewa pada zaman purba dalam upaya penyembuhan seseorang pada masa kini. Tak jauh berbeda, Roland Barthes berpendapat bahwa budaya modern mengeksplorasi pengalaman religius. Karena tugas sains bukanlah menegakkan moral manusia, suatu pengalaman religius adalah upaya untuk terhubung dengan perasaan moral pada masa lalu, yang kontras dengan dunia teknologi pada zaman sekarang.
Joseph Campbell menyatakan mitos memiliki empat fungsi utama: Fungsi Mistis—menafsirkan kekaguman atas alam semesta; Fungsi Kosmologis—menjelaskan bentuk alam semesta; Fungsi Sosiologis—mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu; dan Fungsi Pendagogis—bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan apa pun.
No comments:
Post a Comment